Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Bioteknologi adalah prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan dan kerekayasaan untuk penanganan dan pengolahan bahan dengan agen
biologis untuk menghasilkan barang dan jasa. Secara umum, bioindustri
didefinisikan sebagai aplikasi bioteknologi dalam bidang industri, yang
menjelaskan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan kerekayasaan penanganan dan
pengolahan bahan dengan bantuan agen biologis untuk menghasilkan barang dan jasa.
Jadi, bioindustri adalah salah satu bagian dari bioteknologi yakni penerapan
mikroorganisme dan enzim dalam skala besar (skala industri) serta
memperhitungkan kajian ekonomi dan untung rugi pada suatu proses produksi
(Wignyanto dan Nur, 2017).
Bioteknologi merupakan perpaduan
ilmu pengetahuan biokimia, mikrobiologi dan rekayasa untuk menghasilkan proses, produk ataupun jasa yang dapat
dimanfaatkan untuk manusia. Bioteknologi disebut ilmu pengetahuan yang sudah
ada sejak jaman kuno, misalnya pemanfaatan khamir untuk produksi minuman
beralkohol. Pada tiga dasa warsa terakhir, bioteknologi mengalami kemajuan
sangat pesat, dimana bioteknologi dikembangkan pada tingkat yang lebih mikro
yaitu pada tingkat molekuler, khususnya dengan memanipulasi unsur genetik
misalnya asam nukleat yaitu de-oxy-ribo nucleic acid (DNA) dan ribo nucleic
acid (RNA). Dengan perkembangan tersebut banyak dihasilkan proses dan produk
baru yang dapat meningkatkan nilai tambah dan dapat digunakan di berbagai
bidang seperti bidang kesehatan, industri dan bidang pertanian (Parwiroharsono,
2012).
B.
Rumusan
masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah bioteknologi industri yaitu :
1.
Apa yang dimaksud
dengan bioteknologi industri?
2.
Bagaimana tahap-tahap
biologi industri?
3.
Apa sajakah manfaat
adanya bioteknologi industri?
4.
Apa sajahkah
macam-macam bioteknologi industri?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dari makalah bioteknologi
industri yaitu :
1.
untuk mengetahui
pengertian bioteknologi industri
2.
untuk mengetahui
tahap-tahap bioteknologi industri
3.
untuk mengetahui
manfaat bioteknologi industri
4. untuk mengetahui
macam-macam bioteknologi industri atau bidang usaha bioteknologi industri
D.
Manfaat
Adapun manfaat dari makalah bioteknologi
industri ini yaitu untuk menambah informasi dan wawasan tentang bioteknologi
industri baik tahapan, penerapan, peranan bioteknologi industri maupun peranan
bioteknologi industri diberbagai bidang..
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
bioteknologi industri
Bioteknologi industri merupakan
salah satu aplikasi bioteknologi untuk mencapai tujuan industri, termasuk
manufaktur, bioenergi, dan biomaterial. Dukungan bioteknologi terbaru bagi
pengembangan bioindustri merupakan faktor esensial karena inovasi teknologi akan
meninggkatkan nilai tambah dan memberikan manfaat nyata bagi pendapatan (
Collins, 2014).
Bioteknologi telah berkembang pesat
dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini telah menjadi salah satu teknologi yang
paling menjanjikan untuk menghadapi tantangan yang muncul dan banyak dihadapi
manusia. Peningkatan produktivitas dan nilai gizi tanaman yang dihasilkan oleh
perkembangan terbaru dalam pemuliaan dengan bantuan penanda molekuler dan
rekayasa genetika, memiliki efek positif seperti dapat mengurangi krisis pangan
dan memerangi perubahan iklim (Pabendon.
2013)..
B.
Tahap-tahap
bioteknologi industri
Terdapat
tiga tahap industrialisasi bioteknologi, yaitu:
1. Tahap pertama yaitu
bioteknologi hijau yang pertama kali dikembangkan dalam bentuk industri
pertanian.
2.
Tahap kedua yaitu
industri farmasi dan kedokteran.
3.
Tahap ketiga yaitu
bioteknologi industri secara besar-besaran disemua sektor industri terutama
pada bidang energi dan bioproses.
Dari segi skala ranah penerapan
bioindustri, bidang-bidang yang dipelajari meliputi:
1.
Bioindustri pertanian
(agroindustri)
2.
Kedokteran dan farmasi
3.
Bioindustri lingkungan
(biodegradasi dan bioremediasi).
C.
Manfaat
bioteknologi industri
Penerapan
bioteknologi industri ini sudah dipakai dalam beberapa bidang mulai dari
pertanian, perternakan, perindustrian skala besar dan dibeberapa bidang
lainnya. Adanya bioteknologi industri ini mengurangi persaingan baik pada segi
bahan bakar maupun bidang pangan.
Penerapan
bioteknologi konvensional di bidang industri diantaranya adalah teknik bioremediasi,
yaitu suatu proses pengelolaan limbah yang mengandung zat yang berbahaya (logam
berat) menjadi limbah yang kurang berbahaya. Bioremediasi ini juga melibatkan
mikroba tertentu diantaranya Xanthomonas
campestris dan Pseudomonas foetida.
Caranya dengan melepaskan langsung bakteri tersebut ke limbah pabrik yang
tercemar.
Di
bidang industri, bioteknologi memiilki peran yang penting dalam hal pemanfaatan
biomasa untuk konversi energi dan produk-produk lain yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi seperti produksi enzim, gula alkohol, senyawa antibakteri dan
lain-lain. Saat ini, bioteknologi industri merupakan teknologi kunci bagi
terwujudnya bioekonomi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan (Wardani dkk,
2017).
Menurut
Suharto (2017), menyatakan bahwa dalam bidang industri bioteknologi, maka
biomassa adalah senyawa organik yang dapat digunakan sebagai substrat sumber
karbon (C) untuk energi mikroba. Sejalan dengan biomassa merupakan senyawa
kimia organik, maka manfaat biomassa dalam industri bioteknologi adalah :
1.
Biomassa merupakan
sumber daya alam yang terbarui dan tersedia di lokasi setempat setiap tahun.
2.
Biomassa merupakan
bahan baku yang tidak perlu impor.
3.
Biomassa diproses
dengan unit proses kimia, teknologi fermentasi, teknologi enzimatis, fisika, rekayasa
genetika dengan penerapan tenaga kerja cukup besar untuk menjadikan beberapa
produk.
4.
Residu biomassa seperti
limbah jagung, limbah serealia, bagas tebu, jerami padi sebagai sumber
lignoselulosa dapat diproses dengan teknologi fermentasi menjadi biosirup,
sehingga terdapat industri bioteknologi tanpa limbah
5.
Biomassa diproses untuk
menghasilkan :
a.
Sakarida dan
polisakarida yang dicirikan oleh hidroksi
karbon, CH2O pati yang
muda dihidrolisis oleh enzim.
b.
Lignin.
c.
Trigliserida.
D.
Macam-macam
bioteknologi industri atau bidang usaha bioteknologi industri
Adapun
Macam-macam bioteknologi industri atau bidang usaha bioteknologi industri,
yaitu:
1. Industri
makanan dan minuman
Fermentasi pangan melibatkan
proses konversi material mentah atau bahan dasar menjadi pangan fermentasi,
oleh pertumbuhan dan aktivitas metabolisme mikroorganisme yang diinginkan.
Fermentasi
secara umum, pada dasarnya telah dikenal cukup lama sejak manusia mampu
memanfaatkan jasa ragi (yeast). Dalam
pengawetan buah-buahan, pembuatan molt dari biji-bijian atau pembuatan minuman
bir. Proses fermentasi telah berkembang hingga saat ini. Melalui proses
fermentasi tersebut manusia dapat mengubah suatu bahan atau senyawa menjadi
produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi dengan memanfaatkan jasa mikroorganisme
(Bachruddin, 2014).
Tempe adalah salah satu
makanan tradisional yang sudah lama
terkenal di Indonesia. Makanan tersebut dapat dibuat melalui proses fermentasi
dari kacang kedele atau kacang lainnya seperti kacang merah dalam waktu
tertentu menggunakan jamur Rhizopus sp (Astawan, 2009).
Hasil fermentasi biasanya
menggandung alkohol. Contohnya adalah bir, rum (fermentasi dari jagung), anggur
(hasil fermentasi oleh Saccharomyces
sp), dan winski.
2. Industri
plastik
Pada industri plastik, plastik
merupakan bahan yang sulit untuk diuraikan jika dibakar atau dihanguskan maka
akan menyebabkan pencemaran lingkungan akibat asap pembakaran maka dari itu dikembangkan produk plastik dari politen
dan polyester poliurethan yang mermassa molekul lebih renda sehingga dapat
diuraikan oleh mikroorganisme Cladosporium
resinae. Ada juga jenis plastik pengemasan berbahan dasar
polihidroksibutirat yang dihasilkan beberapa mikroba seperti Alxaligenes eutrophus.
3. Industri
pertanian
Pemanfaatan
bioteknologi di bidang pertanian ditandai dengan banyaknya penemuan tanaman
kultivar/varietas baru yang disebut tanaman transgenik, yang mempunyai
sifat-sifat tertentu. Diantara tanaman tersebut adalah tanaman yang adaptif
terhadap berbagai cekaman, baik cekaman biologis maupun cekaman
non-biologis.Termasuk pada kriteria ini adalah tanaman yang toleran tumbuh di
lahan marginal, yang potensial untuk dikembangkan dalam upaya peningkatan
produk pertanian (Pabendon.
2013).
Tanaman rekayasa genetika seperti
jagung, kacang kedelai dan kapas yang tahan cekaman hama atau efek sampingnya,
telah dikembangkan dengan menggunakan bioteknologi dan berkembang di banyak
negara maju dan negara berkembang. Tanaman GM memerlukan penggunaan bahan kimia
lebih sedikit namun memiliki hasil yang lebih baik. Dengan demikian,
bioteknologi sangat diharapkan dapat membantu mengatasi masalah ketersediaan
pangan (Pabendon. 2013).
Adapun teknik memperbanyak tanaman
seperti kultur jaringan (in vitro). Kultur
jaringan adalah sistem kultur jaringan untuk perbanyakan tanaman dilakukan pada
sebuah laboratorium yang aseptik dengan peralatan seperti pada laboratorium
mikrobiologi. Dapat juga menggunakan peralatan sederhana seperti alamari
penabur buatan sendiri atau dengan peralatan laboratorium kultur jaringan yang
lebih canggih seperti Laminair air flow cabinet (Hendaryono, 1994).
4. Industri
perikanan
Mulai dari rekayasa media budidaya, ikan, hingga pasca panen hasil
perikanan. Pemanfaatan mikroba telah terbukti mampu mempertahankan kualitas
media budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai media budidaya ikan.
Bioteknologi telah menciptakan ikan berkarakter genetis khas yang dihasilkan
melalui rekayasa gen. Melalui rekayasa gen, dapat diciptakan ikan yang tumbuh
cepat, warnanya menarik, dagingnya tebal, tahan penyakit.
5. Industri
perternakan
Bioteknologi pada bidang
peternakan, khususnya bioteknologi reproduksi adalah inseminasi buatan (IB),
transfer embrio (TE), pemisahan jenis kelamin, peisahan spermatozoa X dan Y, In Vitro Fertilization (IVF) atau dikenal dengan bayi tabung, kloning. Di
Bidang peternakan khususnya sapi, bioteknologi reproduksi mulai berkembang
pesat pada tahun1970-an. Teknologi Inseminasi Buatan berperan penting dalam
rangka peningkatan mutu genetik dari segi pejantan. Sperma beku dapat
diproduksi dan digunakan dalam jumlah banyak cukup dengan memelihara pejantan
berkualitas baik dipusat IB.
6. Industri
farmasi dan obat-obatan
Perkembangan
teknologi fermentasi ditandai dengan proses fermentasi dengan tujuan untuk
memproduksi senyawa penisilin dalam sekala industri. Kebutuhan senyawa
penisilin sangat penting pada waktu itu karena digunakan dalam kondisi perang.
Kemajuan-kemajuan yang telah dicapai pada priode ini adalah teknik aseptik
telah berkembang secara baik. Untuk menghasilkan penisilin tinggi, diadakan
seleksi terhadap mikroorganime yang digunakan dan teknik ekstrasi produk dalam
skala yang cukup wajar (Bachruddin, 2014).
Bioteknologi
modern menggunakan mikroorganisme hasil rekayasa genetika seperti Escherichia
coli, ragi untuk produksi senyawa biologi seperti antibiotika dan insulin
sintetis, maupun sel mamalia untuk memproduksi golongan antibodi monoklonal. Penisilin juga
diproduksi seperti yang telah diketahui bahwa penisilin merupakan antibiotik
pertama yang dibuat dalam skala industri, dihasilkan oleh jamur Penicillium
notatum. Contoh lain adalah neomisin-B dihasilkan oleh Streptomyces fradiae,
streptomisin dihasilkan oleh Streptomyces
fradiae, streptomisin dihasilkan oleh Streptomyces
griseus, dan fumigilin dihasilkan oleh Aspergillus
fumigatus. Hormon juga dapat dihasilkan oleh mikroorganisme. Contohnya
hormon insulin berguna untuk menolong penderita diabetes melitus. Bahan lain
yang dihasilkan adalah berbagai jenis asam amino, enzim, dan vitamin.
Akhir-akhir
ini, bioteknologi farmasi juga menggunakan hewan transgenik
atau tanaman transgenik sebagai medium pembuatan obat. Aplikasi bioteknologi
lainnya yang juga menjanjikan adalah pengembangan bidang diagnostik secara
molekuler. Hal ini mengarah ke terapi personal dicocokkan pada genom pasien.
Misalnya, wanita yang menderita kanker payudara dengan sel kanker yang
mengekspresikan protein HER2 dapat diberikan Herceptin. Herceptin merupakan
obat pertama yang disetujui untuk digunakan pada pasien kanker payudara dengan
tes diagnostik yang cocok, yaitu pasien yang mempunyai ekspresi protein HER2,
yang merupakan target bagi obat tersebut untuk dapat bekerja.
Ada
beberapa teknologi yang sangat revolusioner yang di pakai dibidang bioteknologi
kedokteran dan akan semakin berkembang pada era RI (revolusi indonesia) keempat:
1.
Clustered regularly interspaced short palindromic repeat (CRISPR) / CRISPR-associated
protein (Cas) 9 system. Pengembangan cara yang efisien dan untuk membuat
perubahan yang ditargetkan pada genom sel-sel hidup secara tepat adalah tujuan
lama bagi para peneliti biomedis. CRISPR / Cas9 system telah berkembang
pesat hanya dalam waktu yang sangat singkat dan sudah digunakan untuk berbagai gen target yang
penting dalam berbagai macam sel dan organisme, termasuk manusia, bakteri, ikan zebra, cacing C.
elegans, tanaman, Xenopus tropicalis, ragi, lalat Drosophila,
monyet, kelinci, babi, tikus serta mencit. Beberapa peneliti telah menggunakan
metode ini untuk membuat point mutation (penghapusan atau sisipan) dalam
gen target tertentu, melalui gRNA tunggal. Suatu perkembangan yang menarik
baru-baru ini adalah penggunaan versi dCas9 dari sistem CRISPR / Cas9 dalam
menargetkan domain protein untuk regulasi transkripsi, modifikasi epigenetik,
dan visualisasi mikroskopik dari lokus genom tertentu. Alat pengedit dan
penarget genom ini telah sangat meningkatkan kemampuan kita untuk
mengeksplorasi patogenesis penyakit dan memperbaiki mutasi penyakit serta
fenotipe. Dengan panduan singkat RNA, Cas9 dapat tepat diarahkan ke
target area DNA tertentu, dan berfungsi sebagai enzim endonuklease yang efisien
untuk menghasilkan pemotongan pada DNA untai ganda. Dalam kurun waktu 20 tahun
terakhir, CRISPR telah berkembang dari alat ‘pengurut DNA dengan fungsi
biologis yang tidak diketahui’ menjadi ‘pengedit genom’ yang sangat menjanjikan
dan telah berhasil digunakan dalam percobaan yang menggunakan berbagai sel dan
organisme. Teknologi pengedit genom ini juga dapat diterapkan untuk biologi
sintetis, skrining genom fungsional, modulasi transkripsi, dan terapi gen
2.
Metoda komputasi dalam pencarian obat baru. Pencarian obat dengan bantuan alat
komputasi in silico telah memainkan peran utama dalam pengembangan molekul
kecil lebih dari tiga dekade. Pencarian obat baru cara ini adalah strategi yang
sangat efektif untuk mempercepat dan menghemat penemuan dan pengembangan suatu
obat baru. Oleh karena terjadi peningkatan besar dalam ketersediaan informasi
makromolekul biologis dan molekul kecil, penerapan komputasi penemuan obat
telah diperluas dan telah diterapkan pada setiap tahap dalam alur kerja
penemuan dan pengembangan obat. Termasuk di antaranya: Identifikasi dan
validasi target obat, pencarian dan optimalisasi calon obat, serta tes-tes
praklinis. Selama dekade terakhir, metode komputasi penemuan obat seperti docking
molekuler, pemodelan dan pemetaan pharmafore, desain de novo,
perhitungan kemiripan molekuler dan penapisan virtual berbasis urutan protein
telah sangat meningkat. Banyaknya pekerjaan yang masih harus dilakukan dalam
menemukan molekul yang cocok untuk dikembangkan sebagai obat baru dari berbagai
kemungkinan senyawa yang tersedia secara teoritis membutuhkan tekonologi
komputasi in silico yang sangat canggih. Tantangan ini dijawab dengan
menggunakan program in silico yang lebih canggih dan komputer yang
sangat mumpuni yang mendasari proses high throughput screening. Sekitar
90% dari senyawa yang ditapis dengan menggunakan teknologi in silico ini
berpotensi gagal di tahap terakhir proses penapisan. Dengan demikian, apabila
penapisan dilakukan secara efisien maka molekul yang mempunyai efek toksik akan
dapat disingkirkan lebih dini, sehingga keseluruhan projek riset dapat
menghemat waktu, uang dan tenaga. Ruang kimia adalah himpunan semua senyawa
yang berpotensi menjadi obat (druggable). Dibutuhkan lebih dari jumlah
atom di alam semesta untuk membangun senyawa-senyawa tersebut. Walaupun
berbagai sistem pada area biologi telah dieksplorasi dan digunakan untuk
mencari protein-protein baru yang bersifat farmakologis, namun pekerjaan riset
ini masih akan terus berlangsung bertahun-tahun ke depan karena masih banyak
protein yang harus ditemuan untuk mengobati penyakit-penyakit kronis. Tambahan lagi,
mencari obat sintetik maupun biologis yang dapat secara akurat dan tepat
berikatan dengan target biologis, dalam ruang yang juga relevan secara
biologis, seperti analogi “mencari jarum di tumpukan jerami.” Ada banyak
tantangan bagi molekul obat untuk menembus berbagai hambatan biologis agar
dapat berikatan secara efektif dengan target, bahkan pada konsentrasi rendah.
Seringkali, adanya reaksi off-target dari suatu molekul dapat
menimbulkan efek toksik pada organisme, sekalipun potensi obat tersebut secara
farmakologis cukup tinggi. Toksisitas adalah masalah utama dalam pengembangan
suatu obat, dan seringkali toksisitas baru terdeteksi belakangan dalam tahap
pengembangan.
3. Mikrobiota usus sebagai target
terapi. Keterlibatan langsung dari mikrobiota usus dalam menjaga kesehatan dan
timbulnya penyakit tertentu pada manusia menunjukkan bahwa perubahan komposisi
mikroba komensal melalui kombinasi antibiotik, probiotik dan prebiotik menjadi
pendekatan terapi baru. Suatu perspektif ‘sistem’ untuk membantu memahami
interaksi kompleks bakteri dan sel “host”, serta hubungan mereka secara
patofisiologis fenotip sehingga perubahan dalam komposisi mikrobiota usus di
status penyakit dapat dilakukan. Saluran gastrointestinal manusia adalah rumah
bagi konsorsium kompleks triliunan mikroba (sekitar 1 X 1013 to 1 X
1014), ribuan filotipe bakteri, serta hidrogen yang digunakan metanogen
archaea sebagai energi, yang
sepanjang usus dengan jumlah genom kolektif (sebagai mikrobiom) yang berisi
setidaknya 100 kali lebih banyak gen dari genom kita. Walaupun sebagian besar
belum diselidiki dan masih banyak yang harus dipelajari, mikrobiota usus kita
memainkan peran yang rumit dan penting untuk kesehatan kita. Munculnya
teknologi 'omics' , seperti metagenomik dan metabonomik, dapat
diterapkan untuk mempelajari ekologi usus mikroba pada tingkat molekuler.
Strategi terapi masa depan untuk berbagai penyakit yang makin kompleks akan
memanfaatkan mikrobiota usus dalam pengobatan pasien. Mikrobioma manusia
mungkin memiliki banyak target potensial, dengan jumlah lebih dari 3.000 target
pada genom manusia. Kombinasi antibiotika, probiotik dan prebiotik dapat
digunakan sebagai rejimen terapi bertarget dalam mikrobiota usus untuk mengatur
mikrobioma dan, akibatnya, memulihkan homeostasis ekologi usus dari host.
Pendekatan terapi tersebut dapat dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan platform
teknologi 'omics' metagenomik dan metabolomik seperti yang sudah
disebutkan sebelumnya, dengan menangkap variasi biokimia holistik dan dinamis yang
terkait dengan kondisi patofisiologi dari host. Integrasi data
metagenomik dan metabonomik akan menghasilkan data farmakologi dan klinis yang
dapat menjadi dasar pengembangan alat diagnostik dan prognostik yang
komprehensif mengenai penyakit kompleks.
4. Biologi sistem dan kesehatan
masa depan. Pandangan kontemporer penyakit manusia yang didasarkan pada
korelasi sederhana antara sindrom klinis dan analisa patologis dimulai dari
akhir abad ke-19. Meskipun pendekatan untuk diagnosis penyakit, prognosis, dan
pengobatan ini memang baik bagi dunia kedokteran dan sudah dipakai
berpuluh-puluh tahun, namun cara ini belum sepenuhnya sempurna dan mempunyai
kekurangan serius untuk era modern kedokteran genomik karena cara ini adalah
derivatif berasal dari prinsip-prinsip eksperimentasi dan analisa secara
reduksionis. Ada suatu cara baru yang lebih menjanjikan untuk melihat
pengobatan dari sisi holistik. Munculah era baru biologi sistem, yang dapat
secara holistik mengkuantifikasi perubahan sistem pada manusia. Hal ini dapat
diterapkan pada dunia kedokteran untuk menegakkan diagnosis, mendefinisikan
predileksi penyakit, dan mengembangkan strategi pengobatan secara individual
(pribadi) berdasarkan patobiologi molekuler modern dan seperangkat lengkap data
genom lengkap yang tersedia untuk populasi dan individu. Dengan cara ini,
patobiologi sistem menawarkan janji untuk mendefinisikan bidang kedokteran dan
penanganan terhadap penyakit. Biologi sistem merupakan cara baru yang
mengaplikasikan model komputasi dan matematika pada sistem biologis yang
kompleks. Dalam hal ini digunakan pendekatan rekayasa teknik pada riset biologi
ilmiah. Oleh karena itu, biologi sistem adalah area pembelajaran yang
interdisipliner berbasis biologi yang mempelajari interaksi kompleks dalam sistem
biologis menggunakan pendekatan secara holistik (keseluruhan) daripada secara
reduksionisme yang selama ini selalu dipakai. Pemakaian sistem holistik ini
dimulai tahun 2000, di mana salah satu proyek besar yang sudah dilakukan adalah
proyek sequencing genom manusia yang merupakan proyek kolaboratif dalam
bidang genetika. Salah satu tujuan dari biologi sistem adalah mencari model
yang memberikan pengertian tentang bagaimana sel dan jaringan berinteraksi satu
sama lain, sehingga suatu organisme dapat berfungsi sebagai suatu sistem.
Interaksi ini berhubungan dengan jaringan metabolik atau jaringan sinyal sel.
Hal ini memungkinkan para ilmuwan di masa depan mengerti aplikasi patobiologi
sistem pada dunia kedokteran. Keuntungan menggunakan pendekatan holistik berbasis
jaringan adalah bahwa kita dapat mengkarakterisasi berbagai penyakit tanpa
mengikuti prinsip-prinsip sistem reduksi semi empiris, namun menggunakan suatu
sistem yang berdasarkan interaksi molekuler antar sel dan jaringan serta organ.
Di masa depan, pengobatan yang didapatkan dengan biologi sistem ini akan
membawa revolusi baru pada praktek kedokteran (Tjandrawinata,2016).
7.
Produk Sumber Energi
Biogas merupakan hasil
fermentasi berbagai mikroorganisme yang banyak mengandung gas metana. Oleh
karena itu, bio gas dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi panas dan
penerangan. Prinsip pembuatan biogas seperti pada pembentukan gas yang terjadi
pada hewan mamamah biak, misalnya sapi. Di dalam lambung sapi, serat dari
rumput yang bercampur dengan air akan diubah oleh bakteri menjadi asam organik.
Kemudian asam organik akan berubah menjadi gas metan dan karbon dioksida dengan
bantuan mikroorganisme seperti Bacterioides,
Clostridium butyrinum, Methanobacterium, Methanobacillus, dan Eschericia coli.
8. Industri
minyak dan pertambangan
Mikroorganisme digunakan dalam berbagi bidang
perminyakan dan pertambangan. Dalam bidang perminyakan berperan dalam
pembentukan minyak, eksplorasi minyak, dan pembersihan ceceran minyak. Selain
itu beberapa jenis bakteri dapat dimanfaatkan dalam pemisahan logam dari
bijihnya. Contohnya adalah Thiobacillus
ferooxidans. Bakteri ini tumbuh dalam lingkungan asam, seperti tempat
pertambangan dan mampu memisahkan tembaga-tembaga dari bijinya melalui reaksi
kimia. Strain yang lain mampu memisahkan logam besi dari bijihnya (besi
sulfida). Chlorella vulgaris juga
dapat melepaskan emas dari bijihnya dan mengakumulasi emas itu di dalam selnya.
Jenis bakteri yang lain telah digunakan untuk memperoleh kembali beberapa bijih
logam seperti mangan (Mn) dan uranium yang terdapat pada konsentrasi rendah pada
bijih.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bioteknologi industri adalah aplikasi bioteknologi dalam bidang
industri, yang menjelaskan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan kerekayasaan
penanganan dan pengolahan bahan dengan bantuan agen biologis untuk menghasilkan
barang dan jasa. Ada tiga tahap industrialisasi bioteknologi. Bioteknologi
industri ini sangat bermanfaat dibeberapa bidang seperti bidang perternakan,
perikanan, industri besar, kedokteran
dan farmasi, industri plastik, industri
minyak serta pertambangan.
DAFTAR
PUSTAKA
Astawan .2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian. Cetakan 1. Jakarta :Penebar Swadaya.
Bachruddin Zaenal.2014.Teknologi fermentasi pada industri
perternakan. Yogyakarta : Gadjah mada university press.
Collins .H.2014. Bioindustry. Collins english dictionary-complate and unabridget.
Hendaryono,
D. & Wijayani, A. 1994. Teknik Kultur Jaringan, Pengenalan dan Petunjuk
Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif-Modern. Yogyakarta: Kansius.
Pabendon Marcia
Bunga. 2013. Peran Penelitian Bioteknologi Menunjang
Pertanian Bioindustri. Balai penelitian tanaman serealia
Pawiroharsono
Suyanto.2012. Peran Bioteknologi untuk
Peningkatan Produksi Pangan di Lahan Marginal. Pangan, Vol. 21 No. 1.
Suharto.
2017. Bioteknologi Dalam Bahan Bakar
Nonfosil. Yogyakarta: ANDI.
Raymond R Tjandrawinata 2016.industri 4.0: revolusi industri abad ini dan
pengaruhnya pada bidang kesehatan dan bioteknologi. Researchgate
publication. DOI: 10.5281/zenodo.49404
Wardani,
Agustin Krisna., Sudarma Dita Wijayanti, dan Endrika Widyasuti. 2017. Pengantar Bioteknologi. Malang: UB
Press.
Wignyanto
dan Nur Hidayat. 2017. Bioindustri.
Malang: UB Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar