Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bioteknologi adalah penggunaan biokimia,
mikrobiologi, dan rekayasa genetika secara terpadu, untuk menghasilkan barang
atau lainnya bagi kepentingan manusia. Biokimia mempelajari struktur kimiawi
organisme. Rekayasa genetika adalah aplikasi genetik dengan mentransplantasi
gen dari satu organisme ke organisme lain. Bioteknologi biasanya digunakan
dalam bidang industri perobatan dan pertanian, bioteknologi membantu dalam
menghasilkan suplemen makanan, untuk menguji diagnosa penyakit. Bioteknolgi
juga digunakan dalam bidang perikanan.
Bioteknologi
perikanan adalah bioteknologi yang ditekankan khususnya pada bidang perikanan.
Pada pascapanen dari hasil perikanan, bioteknologi ini mampu mengubah ikan
melalui proses transformasi biologi hingga dihasilkan suatu produk yang
bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Bioteknologi memiliki cakupan
manfaat yang luas bagi dunia perikanan dan budidaya ikan. Manfaat tersebut
diantaranya, meningkatkan tingkat pertumbuhan ikan budidaya, meningkatkan nilai
gizi pada pakan ikan, meningkatkan kesehatan ikan, membantu memperbaiki dan
melindungi lingkungan, memperluas cakupan jenis ikan, meningkatkan pengelolaan
dan konservasi ketersediaan benih di alam.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan bioteknologi perikanan?
2.
Bagaimana sejarah bioteknologi perikanan?
3.
Apa manfaat dari
bioteknologi perikanan?
4.
Apa saja penerapan
bioteknologi perikanan?
5.
Apa saja teknik
transforgen pada bioteknologi perikanan?
6.
Bagaimana peranan
probiotik dalam bioteknologi perikanan?
7.
Contoh produk penerapan
bioteknologi perikanan?
C.
Tujuan
Adapun tujuan
yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1.
Untuk mengetahui pengertian bioteknologi perikanan
2.
Untuk mengetahui sejarah dari bioteknologi perikanan
3.
Untuk mengetahui manfaat dari bioteknologi perikanan
4.
Untuk mengetahui penerapan dari bioteknologi perikanan
5.
Untuk mengetahui teknik transforgen dalam bioteknologi perikanan
6.
Untuk mengetahui peranan probiotik dalam bioteknologi perikanan
7.
Untuk mengetahui contoh produk penerapan bioteknologi perikanan
BAB II
BAGIAN ISI
A. Pengertian Bioteknologi Perikanan
Bioteknologi merupakan salah satu bidang sains di
mana benda hidup digunakan untuk menghasilkan produk atau untuk melakukan
sesuatu yang berguna untuk manusia. Tumbuh-tumbuhan, hewan dan juga mikro
organisme seperti bakteria telah digunakan untuk menghasilkan kebaikan yang
dapat digunakan manusia. Dalam bidang industri perobatan dan pertanian,
bioteknologi membantu dalam menghasilkan suplemen makanan, untuk menguji
diagnosa penyakit. Bioteknologi boleh digunakan untuk menyelesaikan masalah dan
untuk membantu dalam penyelidikan berbagai permasalahan.
Bioteknologi perikanan adalah bioteknologi yang
ditekankan khususnya pada bidang perikanan. Penerapan bioteknologi dalam bidang
perikanan sangat luas, mulai dari rekayasa media budidaya ikan, hingga
pascapanen hasil perikanan, pemanfaatan mikroba telah terbukti mampu
mempertahankan kualitas media budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai
media budidaya ikan (Wisnuwati, 2018).
B. Sejarah
Bioteknologi Perikanan
Bioteknologi
perikanan adalah bioteknologi yang ditekankan khususnya pada bidang perikanan.
Pada pascapanen dari hasil perikanan, bioteknologi ini mampu mengubah ikan
melalui proses transformasi biologi hingga dihasilkan suatu produk yang
bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Sejak abad ke 11 manusi sebetulnya
menggunakan prinsip dasar ini. Pembuatan pangan seperti peda, kecap ikan,
terasi ikan merupakan hasil bioteknologi. Ketahanan pangan ini merupakan isu
global yang sedang ramai diperbincangkan, karena alasanya jelas pada tahun 2033
populasi manusia didunia ini akan meningkat sekitaran 12 miliar jiwa, sebagian
besarnya penduduk tersebut berasal dari benua Asia. Berdasarkan hal tersebut
diperkirakan pada tahun 2010 kebutuhan pangan penduduk Asia akan meningkat
melampaui persedia yang ada. Pada kondisi ini membuat negara indonesia harus
berkerja keras memenuhi kebutuhan pangannya, sehingga peristiwa kelangkaan
pangan ini tidak perlu dialami dindonesia (Wisnuwati,
2018).
Bahkan pemerintah untuk mewujudkan
ketahanan pangan sudah mulai terlihat, salah satu komitmennya yaitu
meningkatkan produksi ikan menjadi tiga kali lipat dari periode sebelumnya.
Salah satu penyebab rendahnya produksi perikanan Indonesia adalah kemampuan
mengolahnya, sekitar 20-25 persen produk perikanan tidak dapat dimanfaatkan
karena mengalami pembusukan dan tidak diolah serta beberapa kendala yang
dialami oleh pengusaha pengolah hasil perikanan untuk menekankan persentase
ikan yang tidak dapat dimanfaatkan. Kendala tersebut yaitu mulai dari kondisi
bahan baku, teknologi pengolahan, sumber daya manusia dan tingkat konsumsi
ikan. Bioteknologi pengolahan hasil perikanan (BPHP) merupakan cabang
bioteknologi pangan yang sudah lama diterpkan oleh masyarakat Indonesia untuk
mengolah hasil perikanan.
C.
Manfaat Bioteknologi Perikanan
Bioteknologi
merupakan kajian ilmu tentang kehidupan makhluk hidup yang bersandar pada
kemampuan dari kemajuan teknologi dimana memadukan pengetahuan alam khususnya
makhluk hidup dengan teknologi. Dan bioteknologi perikanan merupakan perpaduan
kemajuan teknologi dengan kehidupan makhluk hidup dalam sektor perikanan dimana
peranananya sanagat luas dimulai dari reakayasa media budidaya perikanan hingga
sampai pada pasca panen hasil perikanan.
Bioteknologi
telah menciptakan ikan berkarakter genetis khas yang dihasilkan melalui
rekayasa gen. Melalui rekayasa gen, dapat diciptakan ikan yang tumbuh cepat,
warnanya menarik, dagingnya tebal, tahan penyakit dan sebagainya. Pada tahap
pasca panen hasil perikanan, bioteknologi mampu mengubah ikan melalui proses
transformasi biologi hingga dihasilkan produk yang bermanfaat bagi kelangsungan
hidup manusia. Dari bioteknologi perikanan dapat memudahkan manusia dalam
memproduksi hasil perikanan menjadi lebih efektif dan efisien terlihat dalam
hal seperti budidaya perikanan, pengolahan dan pemanfaatan limbah, pengolahan
hasil perikanan, dan lain sebagainya, dalam arti sempitnya bioteknologi
perikanan merupakan ilmu yang dibutuhkan di setiap rantai produksi dari hulu ke
hilir.
Bioteknologi
memiliki cakupan manfaat yang luas bagi dunia perikanan dan budidaya ikan.
Manfaat tersebut diantaranya, meningkatkan tingkat pertumbuhan ikan budidaya,
meningkatkan nilai gizi pada pakan ikan, meningkatkan kesehatan ikan, membantu
memperbaiki dan melindungi lingkungan, memperluas cakupan jenis ikan,
meningkatkan pengelolaan dan konservasi ketersediaan benih di alam.
D.
Bentuk Penerapan Bioteknologi Perikanan
Terdapat beberapa bioteknologi sederhana yang sudah
diterapkan sejak lama seperti pemupukan kolam untuk meningkatkan ketersediaan
pakan. Sedangkan yang lain merupakan teknologi maju yang memanfaatkan
pengetahuan biologi molekul dan genetik seperti rekayasa genetik dan diagnosa
penyakit melalui DNA. Tujuan utama penerapan bioteknologi genetik pada ikan
adalah untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan. Namun bisa juga digunakan untuk
meningkatkan daya tahan terhadap penyakit dan lingkungan. Menurut Wisnuwati, (2018) yang menyatakan bahwa terdapat
beberapa teknik bioteknologi yang sudah diterapkan pada ikan budidaya:
1.
Pembenihan-Selektif
Pembenihan
selektif, yang merupakan pembenihan ikan secara tradisional, pertama kali dikembangkan pada ikan mas ribuan tahun yang lalu. Namun sampai sekarang
pembenihan selektif hanya diterapkan pada ikan untuk konsumsi seperti ikan
nila, catfish, dan trout sehingga masih banyak ikan budidaya yang pembenihannya
seperti di perairan umum. Program pembenihan secara selektif telah memberikan
peningkatan hasil dan pendapatan yang setabil contohnya terdapat peningkatan
tingkat pertumbuhan 5-20% pada ikan budidaya seperti Salmon, Nila dan catfish.
2.
Manipulasi
Manipulasi pada
bentuk kromosom merupakan teknik yang bisa digunakan untuk menghasilkan
organisme ‘triploid’ yaitu organisme dengan tiga bentuk kromosom dimana
biasanya suatu organisme cuma memiliki dua bentuk. Triploid umumnya tidak bisa
bereproduksi sehingga ada pemikiran bahwa energi yang dimiliki akan sepenuhnya
digunakan untuk meningkatkan perkembangan suatu organisme walaupun belum ada
bukti yang menguatkan pemikiran tersebut. Keuntungan triploid lebih terlihat
pada fungsi sterilitasnya meskipun tidak mencapai 100%. Contohnya, tiram
triploid tidak dapat memproduksi gonad sehingga dapat dipasarkan sepanjang
tahun. Hal ini disebabkan produksi gamet (sel kelamin, ovum atau telur pada
betina dan sperma pada jantan) membuat tiram yang matang gonad memiliki rasa
yang tidak enak.
3.
Bioteknologi
pada Rekayasa Genetika Ikan
Genetika
merupakan salah satu ilmu dasar yang penting untuk menjelaskan berbagai pola pewarisan
gen dalam populasi, genetik fenotip kualitatif dan kuantitatif yang
mengekspresikan sifat unggul dan landasan teori dasar dari program seleksi
ataupun program persilangan antara spesies atau famili. Gen dan kromosom ikan
direkayasa untuk dimanfaatkan keterkaitannya dengan seleksi fenotip kuantitatif
dan fenotip kualitatif bagi teknik breeding ikan untuk mendapatkan sifat-sifat
superior yang diwariskan dari induk dengan seleksi gen unggul kepada
keturunannya.
Penerapan
bioteknologi modern pada hewan dimulai pada tahun 1980-an. Para penelitit
genetik menyiisipkan gen ke tikus, tikus, babi dan ikan, untuk mencapai tingkat
pertumbuhan yang lebih cepat, peningkatan daya tahan terhadap penyakit, dan
efek lainnya. Meskipun beberapa sifat-sifat unggul da[at dicapai melalui metode
seleksi secara tradisional, rekayasa genetika dapat menghasilkan efek yang
lebih besar (atau lebih dramatis) dari sifat potensial organisme.
Pada tahun 1983,
sampul majalah Science, salah satu jurnal ilmiah yang paling banyak dibaca di
Amerika Serikat, menampilkan foto tikus besar hasil rekayasa genetic dengan
laju pertumbuhan yang cepat. Tak lama setelah itu, para ilmuwan di Cina
melaporkan kali pertama kesuksesan penyisipan gen hormon pertumbuhan pada ikan.
Peristiwa ini memunculkan perdebatan substansial dan kepentingan para ahli
biokimia, genetika, para ilmuwan akuakultur, dan pengusaha swasta, menyebabkan
penelitian transgenik lebih banyak dilakukan di laboratorium seluruh dunia,
sebagian berfokus pada ikan dan organisme air lainnya. Dalam arti luas,
modifikasi genetik merujuk pada perubahan genetik organism yang tidak ditemukan
di alam, termasuk hibrida (keturunan orang tua dari spesies yang berbeda atau
sub-spesies).
Pengembangan
ikan transgenik dimana para ilmuwan menggunakan teknik DNA rekombinan untuk
memasukkan materi genetik dari satu organisme ke dalam genom ikan atau
organisme air lainnya.Berkembanganya kemampuan memodifikasi hewan secara
genetic mengakibatkan pesatnya penelitian tentang rekayasa genetic organisme
akuatik (genetically modified organism). Hewan air, terutama ikan tumbuh dalam
sistem akuakultur, menarik perhatian penelitian yang signifikan karena dua
alasan utama. Pertama, ikan bertelur dalam jumlah besar dan telur yang lebih
mudah dimanipulasi, sehingga memudahkan bagi para ilmuwan untuk memasukkan DNA
baru ke dalam telur ikan. Kedua, budidaya merupakan salah satu sektor yang
memproduksi makanan tercepat tumbuh secara global, menunjukkan meningkatnya
permintaan produk akuakultur. Sejak tahun 1984, budidaya komersial telah
berkembang pada tingkat tahunan hampir 10 persen, dibandingkan dengan tingkat
pertumbuhan 3 persen untuk daging ternak dan tingkat 1,6 persen pertumbuhan
untuk penangkapan. Sementara pertumbuhan telah terkonsentrasi di Asia,
perikanan budidaya juga merupakan salah satu sektor yang paling cepat
berkembang dengan total nilai produk yang dijual meningkat dari $ 45.000.000
pada tahun 1974 menjadi lebih dari $ 978.000.000 pada tahun 1998 . Bahkan,
budidaya komersial memproduksi hampir semua ikan lele dan ikan trout serta
sekitar satu-setengah dari udang dan salmon di Amerika Serikat.
4.
Bioteknologi
pada Media Budidaya Ikan
Bioteknologi
merupakan kajian ilmu tentang kehidupan makhluk hidup yang bersandar pada
kemampuan dari kemajuan teknologi dimana memadukan pengetahuan alam khususnya
makhluk hidup dengan teknologi. Dan bioteknologi perikanan merupakan perpaduan
kemajuan teknologi dengan kehidupan makhluk hidup dalam sektor perikanan
dimanaperanananya sanagat luas dimulai dari reakayasa media budaidaya perikanan
hingga sampai pada pasca panen hasil perikanan.
Bioteknologi
perikanan dapat memudahkan manusia dalam memproduksi hasil perikanan menjadi
lebih efektif dan efisien terlihat dalam hal seperti budidaya perikanan,
pengolahan dan pemanfaatan limbah, pengolahan hasil perikanan, dan lain
sebagainya, dalam arti sempitnya bioteknologi perikanan merupakan ilmu yang
dibutuhkan di setiap rantai produksi dari hulu ke hilir. Media dari
bioteknologi perikanan salah satunya berupa mikroba yang telah terbukti
mempertahankan kualitas media budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai
media budidaya ikan. Pada tahap pasca panen hasil perikanan, bioteknologi mampu
mengubah ikan melalui proses transformasi biologi sehingga menghasilkan produk
yang aman untuk dkonsumsi dan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan memenuhi
kebutuhan hidup manusia. Contoh contoh produk dalam bidang perikanan yang
dihasilkan melalui konsep dan prinsip bioteknologi dengam menggunakan mikroba.
Seperti peda, kecap ikan dan terasi ikan. Mikroba mempunyai peranan khusus
dalam kinerja hasil dari bioteknologi perikanan itu sendiri. Berikut peranan
mikroba tersebut:
a.
Penghancur
limbah organik,
Dalam segi ekologis perairan limbah merupakan faktor
penghambat dalam dunia perikanan, terlebih lagi itu merupakan limbah yang sulit
dilakukan oleh tangan manusia itu sendiri. Mikroba dalam hal ini, dapat menjadi
dekomposer positif dengan mengurai limbah menjadi bahan yang ramah lingkungan.
b.
Recycling
hara,
Di dunia perikanan hara merupakan nutrien dan dalam
rantai makanan, hara merupakan faktor primer dalam kelangsungan produktivitas
rantai produksi perikanan. Namun, hara dapat menjadi zat yang sangat beracun
apabila dalam kuantitas yang sangat banyak dan beresiko menyebabkandepletion
oxygen (penurunan kadar oksigen) di perairan. Mikroba dalam hal ini dapat
membantu percepatan unsur hara ini untuk mendaur ulang hara tersebut menjadi
energi fosil walaupun membutuhkan waktu yang sangat panjang, namun proses ini
tidak lepas dari peranan mikroba tersebut.
c.
Merangsang
pertumbuhan,
Dalam budidaya terutama, mikroba dapat merangsang
pertumbuhan untuk cepat tumbuh dan berkembang menjadi potensi produksi yang
sangat besar. Dengan memberikan mikroba diharapkan komoditas perikanan mampu
cepat tumbuh dan bereproduksi dengan hasil yang diharapkan.
d.
Biokontrol
patogen
Mikroba
dalam hal ini banyak berperan dalam pengolahan hasil perikanan dimana hasil
perikanan pasca panen yang menjadi keresahan masyarakat dalam hal
pendistribusian hasil perikanan mereka karena sifat alami dari produk/komoditas
perikanan sendiri yang cepat busuk, namun bioteknologi hal ini menjawab
keresahan masyarakat dengan mendatangkan mikroba sebagai kompetitor dari
bakteri patogen tersebut sehingga pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri
dapat terkontrol dan diredam kuantitasnya dengan mengisolasi bakteri patogen,
agar outputnya produk perikanan dapat tahan lama dan pendistribusiannya dapat
lebih lancar terlebih lagi yaitu sehat dan higienis.Rekayasa yang dilakukan
oleh manusia untuk memanfaatkan mikroba sebagai agen bioteknologi yaitu Dengan
menggunakan teknik transgenik pada ikan yang telah dimulai dengan
mengintroduksi gen tertentu kepada organisme hidup lainnya. serta mengamati
fungsinya secara in vitro. Dalam teknik ini, gen asing hasil isolasi di injeksi
secara makro ke dalam telur untuk memproduksi telur ikan yang mengandung gen
asing tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan ikan
transgenik, yaitu:
1) isolasi
gen (clone DNA) yang akan diinjeksi pada telur.
2) Identifikasi
gen pada anak ikan yang telah mendapatkan injeksi gen asing tadi.
3) Keragaman dari turunan ikan yang
diinjeksi gen asing tersebut.
4) Produk perikanan yang memanfaatkan
mikroba sebagai agen bioteknologi dan peranannya dalam proses produksi yaitu
Bekasam, bahan baku yang digunakan pada umumnya adalah ikan air tawar. Proses pengolahan
ini umumnya menggunakan bahan-bahan tambahan untuk berhasilnya fermentasi
misalnya sumber karbohidrat, dan berjalan anaerobik, karbohidrat tersebut akan
diuraikan menjadi gula sederhana dan selanjutnya menjadi alkohol dan asam,
basil fermentasi inilah yang akan menjadi bahan pengawet ikan dan juga memberi
rasa dan aroma khas. Karbohidrat yang ditambahkan pada umumnya nasi, beras
sangrai dan tape ketan.Yang kedua adalah terasi ikan, mikroorganisme yang
berperan dalam proses pembuatan terasi yaitu bakteri Lactobacillu dan bakteri
mesofil. Mikroorganisme dimanfaatkan untuk mengubah laktosa menjadi asam
laktat, Mikroorganisme digunakan pada saat pematangan yaitu dalam proses
pembentukan aroma khas terasi.
E. Teknik
Transfer Gen
1. Mikroinjeksi
Teknik mikroinjeksi
yang dikembangkan dari teknik produksi tikus transgenik merupakan teknik umum
yang digunakan dalam introduksi gen pada ikan. Gen yang akan diintroduksi ke
sel enggunakan gelas pipet yang sangat kecil (diameter ujung jarum sekitar
0,05-0,15 mm). Pekerjaan ini dilakukan di bawah mikroskop dengan bantuan sebuah
mikromani-pulator pengatur gerak jarum suntik dan volume larutan DNA yang di
suntikkan. Namun demikian, terdapat dua masalah dalam pengaplikasian teknik ini
pada ikan (Yoshizaki, 1998). Masalah pertama adalah inti telur ikan yang telah
dibuahi relatis sulit diidentifikasi di miskoskop karena ukurannya kecil dan
volume sitoplasma besar (Hacket, 1993). Korion telur sangat keras dan sulit
ditembus oleh mikropipet merupakan masalah kedua yang dihadapi pada ikan.
Dalam mengatasi masalah tersebut, ada
beberapa cara telah dikembangkan untuk beberapa spesies berbeda. Beberapa
penelitian menyuntikan gen ke inti telur medaka yang belum matang. Telur yang
belum matang tersebut diinkubasi secara in
vitro. Pada fase ini inti telur (disebut sebagai germinal vesicle) sudah kelihatan dan akan matang secara spontan
dengan cara in vitro. Sebagai
tambahan, telur medaka sangat keras setelah dibuahi sehingga penyuntikan pada
saat tersebut dengan korion yang lembut akan lebih mudah. Akan tetapi, induksi
pematangan telur secara in vitro memerlukan prosedur yang rumit dan membutuhkan
waktu relatif lama pada spesies tertentu. Oleh karena itu, kelompok peneliti
membuat ikan transgenik dengan cara menyuntikan gen dengan jumlah copy yang
banyak ke sitiplansma telor yang telah dibuahi sebagai alternatif penyuntikan
ke inti telur.
2.
Elektroforensis
Metode lain yang juga populer digunakan dalam
pembuatan ikan transgenik adalah elektroforensis. Prinsip metode ini adalah
membuat reparable-holes pada membran sel dengan bantuan aliran listrik yang
bergetar (electric pulse). Sel
disuspensi dalam larutan DNA, dan larutan ini dapat masuk ke sel melalui lubang
yang terbentuk. Pada awalnya, metode ini dikembangkan untuk kultur sel, namun
demikian teknik ini dapat juga diaplikasikan untuk telur sperma ikan.
Teknik elektroforensis telah digunakan dalam
beberapa spesies ekonomis penting seperti channel catfish, carp (Powers et al,
1992) dan salmon (Sin et al, 1993). Menurut Powers et al (1992), memproduksi
ikan transgenc channel catfish dan caro dengan melakukan elektroforensis
menggunakan telur yang telah dibuahi. Dalam beberapa kasus, tingkat
kelangsungan hidup dan transformasi yang diperoleh dengan elektroforensis tidak
setinggi dengan level yang diperoleh dengan teknik mikroinjeksi. Baru-baru ini,
laboratorium kami telah mengembangkan teknik elektroforensis ini untuk
memperoleh hasil yang lebih baik dengan menggunakan sperma yang telah
direhidrasi (Kang et al, 1999).
Pertama-tama sperma ikan mas dihidrasi dalam larutan
hiperosmotik dan dilanjutkan dengan rehidrasi dengan larutan hyposmotik yang
mengandung DNA untuk mengembalikan tekanan osmotic cauran seminal ke kondisi
awal. Elektroforensis dilakukan pada saat rehidrasi. Tingkat keberhasilan
transfer yang dianalisis menggunakan ikan umur 30 hari adalah sekitar 60%,
sedangkan teknik elektroforensis yang biasa pada kondisi isotonic hanya 20%.
Hasill ini menunjukkan bahwa elektroforensis selama rehidrasi dapat
meningkatkan penyerapan DNA yang juga berarti meningkatkan frekuensi transfer
gen. Meskipun teknik ini belum sempurna, hasil syang diperoleh menunjukkan
bahwa cara ini cukup efektif. Penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk
mendapatkan tingkat keberhasilan yang lebih baik dengan metode ini.
3.
Metode Alternatif
Kedua metode trans gen yang dipaparkan diatas telah
digunakan secara rutin pada ikan. Akan tetapi akan menghadapi masalah bila
menggunakan ikan yang perkembangan embrionya terjadi didalam tubuh induknya
seperti pada gapi, platy dan swordtial. Juga, umumnya spesies Crustasea yang
penting untuk akuakultur seperti udang dan lobster tidak elepaskan telurnya
yang baru terbuahi. Akibatnya, transfer gen tidak bisa dilakukan dengan cara
mikroinjeksi atau elektroforensis. Alternatif metode transfer gen untuk spesies
seperti ini telah dikembangkan oleh Burns et al (1993) dengan menggunakan
banuan sebuah vektor yang dikenal sebagai replicateion-detective
pantropic retrociral. Vektor ini telah menunjukkan hasil yang efektif
dalammenginjeksi sel lines ikan, kadal air dan kodok (Xenopus) dan nyamuk
(Burns et al, 1993 ; Matsubara et al 1996), dan telur ikan yang baru dibuahi
seperti medeka, zebra, dan kerang. Sukses menghasilkan transgen, baru-baru ini
juga Sarmasik et al (2001) telah berhasil memproduksi ikan transgenik dengan
menyuntukan vektor tersebut ke daerah sekitar gonad ikan gapi (Poecilia lucidai) dan crayfish (Procambarus clarkii).
F. Peranan Probiotik dalam Bioteknologi Perikanan
Pada
bioteknologi perikanan, untuk meningkatkan produktifitas sektor perikanan
diperlukan budidaya secara intensif yaitu dengan pemberian pakan yang
berkualitas dan jumlah yang cukup, pencegahan dan penanganan penyakit pada ikan,
serta manajamen kolam dengan baik. Salah satunya yaitu dengan menggunakan probiotik.
Istilah
probiotik dicetuskan pertama kali untuk mendeskripsikan senyawa yang dihasilkan
oleh mikroorganisme yang dapat menstimulir pertumbuhan mikroorganisme lain. Probiotik
dijadikan sebagai bahan pakan tambahan pada ikan. Menurut Shortt (1999),
terdapat kriteria dalam pemilihan probiotik agar mendapatkan pengaruh positif pada
inagnya yaitu:
1.
Spesies
probiotik tidak bersifat pathogen
2.
Toleran
terhadap asam dan garam empedu
3.
Mampu
beradaptasi dengan lingkungan (fisika dan kimia) dan hewan inang
4.
Mampu
hidup dan bermetabolisme di saluran usus hewan inang.
Bakteri
probiotik yang umumnya digunakan yaitu bakteri gram positif yaitu Lactobacillus sp dan Bacillus yang merupakan jenis bakteri
asam laktat. Menurut Naidu dan Clemens (2002) menyatakan bahwa bakteri asam
laktat dengan aktivitas probiotiknya mampu mengatur ekosistem saluran
perncernaan. Aktivits probiotik terbagi menjadi 3 yaitu nutrisi, fisiologi, dan
efek antimikroba.
Pada nutrisi,
probiotik memproduksi enzim untuk membantu metabolisme komponen makanan
(katalase), sintesis beberapa vitamin, dan menghilangkan racun metabolit
komponen makanan dalam usus. Sehingga dalam hal ini, probiotik dapat membantu
ikan untuk memacu pertumbuhannya. Pemberian probiotik dapat dilakukan dengan
langsung dicampur ke dalam pakan. Karena akan termakan oleh ikan dan dapat
masuk ke dalam pencernaan ikan.
Pada fisiologi
meliputi kemampuan menjaga keseimbangan komposisi mikroflora usus dan
menstimulasi system kekebalan usus. Efek mikroba yaitu memperbaiki ketahanan
terhadap bakteri pathogen. Dalam tubuh ikan, mekanisme kerja probiotik untuk
mencegah penyakit yaitu dengan menghasilkan suatu zat antibakteri yang dapat
menekan pertumbuhan bakteri lain penyebab penyakit.
Selain itu,
probiotik dapat meningkatkan kualitas air. Probiotik dalam air dapat berfungsi
sebagai penurun kadar zat zat yang dapat membahayakan ikan, seperti itrat dan
nitrit. Sehingga ikan dapat tumbuh sehat di dalam kolam.
G.
Produk
Bioteknologi di Bidang Perikanan
Bioteknologi perikanan dapat memudahkan manusia
dalam memproduksi hasil perikanan menjadi lebih efektif dan efisien terlihat
dalam hal seperti budidaya perikanan, pengolahan dan pemanfaatan limbah,
pengolahan hasil perikanan, dan lain. Media dari bioteknologi perikanan salah
satunya berupa mikroba yang telah terbukti mempertahankan kualitas media
budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai media budidaya ikan. Pada tahap
pasca panen hasil perikanan, bioteknologi mampu mengubah ikan melalui proses
transformasi biologi sehingga menghasilkan produk yang aman untuk dikonsumsi
dan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Menurut Hiasrofi (2015) yang menyatakan bahwa adapun
Produk dalam bidang perikanan yang dihasilkan melalui konsep dan prinsip bioteknologi
dengam menggunakan mikroba. Seperti peda, kecap ikan dan terasi ikan. Mikroba
mempunyai peranan khusus dalam kinerja hasil dari bioteknologi perikanan itu
sendiri. Produk perikanan yang memanfaatkan mikroba sebagai agen bioteknologi
dan peranannya dalam produksi pasca panen anatar lain:
1. Terasi
Proses pembuatan terasi dilakukan
secara fermentasi. Selama fermentasi protein dihidrolisis menjadi
turunan-turunannya, seperti pepton, pe[tida dan asam-asam amino. Fermentasi
juga menghasilkan ammonia yang menyebabkan terasi berbau merangsang. Di dalam
masakan, terasi digunakan sebagai penyedap dan menimbulkan cita rasa. Adapun
proses pembutaan terasi adalah sebagai berikut:
a.
Udang rebon atau ikan teri dicuci hingga bersih, kemudian dijemur sampai kering
dibawah sinar matahari. Penjemuran dilakukan selama 2-3 hari.
b.
Bahan tersebut kemudian dicampur dengan
garam sebanyak 13% fan tepung sambil diremas-remas. Pada terasi bermutu rendah
sering ditambahkan bahan-bahan lain supaya volumenya meningkat.
c.
Kedalam campuran ini dtambahkan sedikit
air dan diaduk terus menerus sampai membentuk adonan yang kompak dan padat.
Adonan ini kemudian dijemur dalam bentuk lempengan-lempangan kecil selama 3-4
hari.
d.
Setelah selesei masa penjemuran,
lempengan-lempengan adonan tadi dirtumbuk halus dan diberi sedikit air sampai
membentuk adonan yang menggumpal dan kokoh. Adonan tersebut dibungkus dengan
dun pisang kering/plastik
2. Peda
Peda
merupakan produk fermentasi dengan bahan baku ikan. Pada umumnya dibuat untuk
ikan yang berkadar lemak tinggi. Selama atau pada waktu fermentasi akan terjadi
perubahan kimia antara lain proses reaksi pada lemak yang memberikan cita rasa
khas. Jenis ikan yang dapat diolah menjadi ikan peda antara ain ikan Kembung,
ikan Layang, Selar, ikan Mas, Tawes dan ikan Mujair. Tetapi ternyata hasil yang
paling memuaskan adalah ikan Kembung, baik Kembung betina maupun jantan.
Sedangkan untuk jenis ikan lainnya memiliki cita rasa yang masih kalah dengan
ikan Kembung bila diolah menjadi peda. Berdasarkan pembuatannya dikenal dua
jenis peda, yaitu peda putih dan peda merah. Perbedaan tersebut dikarenakan
bahan baku yang digunakan.
3. Bekasam
Bahan baku yang digunakan untuk
membuat bekasam pada umumnya adalah ikan air tawar. Proses pengolahan ini
umumnya menggunakan bahan-bahan tambahan untuk berhasilnya fermentasi misalnya
sumber karbohidrat, dan berjalan anaerobik, karbohidrat tersebut akan diuraikan
menjadi gula sederhana dan selanjutnya menjadi alkohol dan asam, basil
fermentasi inilah yang akan menjadi bahan pengawet ikan dan juga memberi rasa
dan aroma khas. Karbohidrat yang ditambahkan pada umumnya nasi, beras sangrai
dan tape ketan.
4. Petis
Petis merupakan produk mirip kecap,
tetapi umumnya lebih kental, dibuat dari pemakatan air rebusan ikan dalam
pembuatan pindang atau pembuatan ebi. Petis merupakan bahan makanan yang umunya
digunakan sebagai perangsang makanan (bumbu masak) yang sedap, bergizi dan
mempunyai nilai yang lebih tinggi
5. Kecap ikan
Kecap ikan adalah kecap yang terbuat dari ikan.
Adapun proses pembutannya adalah sebagai berikut :
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan
yang telah di sampaikan dapat disimpulkan bahwa bioteknologi adalah bidang
sains yang berisikan pemanfaatan makhluk hidup untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna untuk kelangsungan hidup manusia, seperti pemanfaatan mikroorganisme
ataupun rekayasa genetika. Bioteknologi sekarang sudah diaplikasikan ke segala
macam bidang industri seperti industri kesehatan, pertanian, peternakan serta
perikanan. Dalam bidang perikanan sendiri, bioteknologi dimanfaatkan untuk
menambah perolehan pangan yang berasal dari perikanan. Bioteknologi di bidang
perikanan tak hanya pemanfaatan mikroorganisme sebagai suplemen makanan bagi
ikan atau rekayasa genetika ikan yang dapat menghasilkan ikan atau menambah
produksi atau jumlah ikan yang dipanen namun juga berguna dalam remediasi atau
perbaikan lingkungan budidaya ikan itu sendiri dengan menambahkan
mikrobamikroba tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Hiasrofi,
Aunurrofiqi. 2015. Bioteknologi Perikanan.
Jember: Universitas Jember.
(https://www.academia.edu/11496464/bioteknologi_perikanan)
Sin, F.Y.T., A.L. Bartley, S.P.
Walker, I.L. Sin, J.E. Synmonds, L. Hewke & C.L Hopkins. 1993. Gene
transfer in Chinook salmon (Oncorhynchus tshawytschai) by electroporating sperm
in the presence of pRSV-LacZ DNA. Aquaticulture,
117:57-69.
Wisnuwati. 2018. Modul Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan: Aplikasi Bioteknologi Perikanan dan Kelautan: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Pertanian
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Kependidikan dan
Kebudayaan.
Yoshizaki, G. 1998. Gene transfer in the fish; applications to
aquatculture. Symposium on molecular bioengineering of food animals 23-24 oct.
1998. Research for the futre program genetiic engineering of animal protein
resources.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar