Rabu, 29 Mei 2019

Penerapan Bioteknologi Biru (Bioteknologi Perikanan)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bioteknologi adalah penggunaan biokimia, mikrobiologi, dan rekayasa genetika secara terpadu, untuk menghasilkan barang atau lainnya bagi kepentingan manusia. Biokimia mempelajari struktur kimiawi organisme. Rekayasa genetika adalah aplikasi genetik dengan mentransplantasi gen dari satu organisme ke organisme lain. Bioteknologi biasanya digunakan dalam bidang industri perobatan dan pertanian, bioteknologi membantu dalam menghasilkan suplemen makanan, untuk menguji diagnosa penyakit. Bioteknolgi juga digunakan dalam bidang perikanan.
Bioteknologi perikanan adalah bioteknologi yang ditekankan khususnya pada bidang perikanan. Pada pascapanen dari hasil perikanan, bioteknologi ini mampu mengubah ikan melalui proses transformasi biologi hingga dihasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Bioteknologi memiliki cakupan manfaat yang luas bagi dunia perikanan dan budidaya ikan. Manfaat tersebut diantaranya, meningkatkan tingkat pertumbuhan ikan budidaya, meningkatkan nilai gizi pada pakan ikan, meningkatkan kesehatan ikan, membantu memperbaiki dan melindungi lingkungan, memperluas cakupan jenis ikan, meningkatkan pengelolaan dan konservasi ketersediaan benih di alam.

B.     Rumusan Masalah
             Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
          1.    Apa yang dimaksud dengan bioteknologi perikanan?
            2.      Bagaimana sejarah bioteknologi perikanan?
            3.      Apa manfaat dari bioteknologi perikanan?
            4.      Apa saja penerapan bioteknologi perikanan?
            5.      Apa saja teknik transforgen pada bioteknologi perikanan?
            6.      Bagaimana peranan probiotik dalam bioteknologi perikanan?
            7.      Contoh produk penerapan bioteknologi perikanan?

C.    Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini, yaitu:
            1.      Untuk mengetahui pengertian bioteknologi perikanan
            2.      Untuk mengetahui sejarah dari bioteknologi perikanan 
            3.      Untuk mengetahui manfaat dari bioteknologi perikanan
            4.      Untuk mengetahui penerapan dari bioteknologi perikanan
            5.      Untuk mengetahui teknik transforgen dalam bioteknologi perikanan
            6.      Untuk mengetahui peranan probiotik dalam bioteknologi perikanan
            7.      Untuk mengetahui contoh produk penerapan bioteknologi perikanan


BAB II
BAGIAN ISI

A.    Pengertian Bioteknologi Perikanan
Bioteknologi merupakan salah satu bidang sains di mana benda hidup digunakan untuk menghasilkan produk atau untuk melakukan sesuatu yang berguna untuk manusia. Tumbuh-tumbuhan, hewan dan juga mikro organisme seperti bakteria telah digunakan untuk menghasilkan kebaikan yang dapat digunakan manusia. Dalam bidang industri perobatan dan pertanian, bioteknologi membantu dalam menghasilkan suplemen makanan, untuk menguji diagnosa penyakit. Bioteknologi boleh digunakan untuk menyelesaikan masalah dan untuk membantu dalam penyelidikan berbagai permasalahan.
Bioteknologi perikanan adalah bioteknologi yang ditekankan khususnya pada bidang perikanan. Penerapan bioteknologi dalam bidang perikanan sangat luas, mulai dari rekayasa media budidaya ikan, hingga pascapanen hasil perikanan, pemanfaatan mikroba telah terbukti mampu mempertahankan kualitas media budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai media budidaya ikan (Wisnuwati, 2018).

B.     Sejarah Bioteknologi Perikanan
Bioteknologi perikanan adalah bioteknologi yang ditekankan khususnya pada bidang perikanan. Pada pascapanen dari hasil perikanan, bioteknologi ini mampu mengubah ikan melalui proses transformasi biologi hingga dihasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Sejak abad ke 11 manusi sebetulnya menggunakan prinsip dasar ini. Pembuatan pangan seperti peda, kecap ikan, terasi ikan merupakan hasil bioteknologi. Ketahanan pangan ini merupakan isu global yang sedang ramai diperbincangkan, karena alasanya jelas pada tahun 2033 populasi manusia didunia ini akan meningkat sekitaran 12 miliar jiwa, sebagian besarnya penduduk tersebut berasal dari benua Asia. Berdasarkan hal tersebut diperkirakan pada tahun 2010 kebutuhan pangan penduduk Asia akan meningkat melampaui persedia yang ada. Pada kondisi ini membuat negara indonesia harus berkerja keras memenuhi kebutuhan pangannya, sehingga peristiwa kelangkaan pangan ini tidak perlu dialami dindonesia (Wisnuwati, 2018).
Bahkan pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan sudah mulai terlihat, salah satu komitmennya yaitu meningkatkan produksi ikan menjadi tiga kali lipat dari periode sebelumnya. Salah satu penyebab rendahnya produksi perikanan Indonesia adalah kemampuan mengolahnya, sekitar 20-25 persen produk perikanan tidak dapat dimanfaatkan karena mengalami pembusukan dan tidak diolah serta beberapa kendala yang dialami oleh pengusaha pengolah hasil perikanan untuk menekankan persentase ikan yang tidak dapat dimanfaatkan. Kendala tersebut yaitu mulai dari kondisi bahan baku, teknologi pengolahan, sumber daya manusia dan tingkat konsumsi ikan. Bioteknologi pengolahan hasil perikanan (BPHP) merupakan cabang bioteknologi pangan yang sudah lama diterpkan oleh masyarakat Indonesia untuk mengolah hasil perikanan.

C.    Manfaat Bioteknologi Perikanan
Bioteknologi merupakan kajian ilmu tentang kehidupan makhluk hidup yang bersandar pada kemampuan dari kemajuan teknologi dimana memadukan pengetahuan alam khususnya makhluk hidup dengan teknologi. Dan bioteknologi perikanan merupakan perpaduan kemajuan teknologi dengan kehidupan makhluk hidup dalam sektor perikanan dimana peranananya sanagat luas dimulai dari reakayasa media budidaya perikanan hingga sampai pada pasca panen hasil perikanan.
Bioteknologi telah menciptakan ikan berkarakter genetis khas yang dihasilkan melalui rekayasa gen. Melalui rekayasa gen, dapat diciptakan ikan yang tumbuh cepat, warnanya menarik, dagingnya tebal, tahan penyakit dan sebagainya. Pada tahap pasca panen hasil perikanan, bioteknologi mampu mengubah ikan melalui proses transformasi biologi hingga dihasilkan produk yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Dari bioteknologi perikanan dapat memudahkan manusia dalam memproduksi hasil perikanan menjadi lebih efektif dan efisien terlihat dalam hal seperti budidaya perikanan, pengolahan dan pemanfaatan limbah, pengolahan hasil perikanan, dan lain sebagainya, dalam arti sempitnya bioteknologi perikanan merupakan ilmu yang dibutuhkan di setiap rantai produksi dari hulu ke hilir.
Bioteknologi memiliki cakupan manfaat yang luas bagi dunia perikanan dan budidaya ikan. Manfaat tersebut diantaranya, meningkatkan tingkat pertumbuhan ikan budidaya, meningkatkan nilai gizi pada pakan ikan, meningkatkan kesehatan ikan, membantu memperbaiki dan melindungi lingkungan, memperluas cakupan jenis ikan, meningkatkan pengelolaan dan konservasi ketersediaan benih di alam.

D.    Bentuk Penerapan Bioteknologi Perikanan
Terdapat beberapa bioteknologi sederhana yang sudah diterapkan sejak lama seperti pemupukan kolam untuk meningkatkan ketersediaan pakan. Sedangkan yang lain merupakan teknologi maju yang memanfaatkan pengetahuan biologi molekul dan genetik seperti rekayasa genetik dan diagnosa penyakit melalui DNA. Tujuan utama penerapan bioteknologi genetik pada ikan adalah untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan. Namun bisa juga digunakan untuk meningkatkan daya tahan terhadap penyakit dan lingkungan. Menurut Wisnuwati, (2018) yang menyatakan bahwa terdapat beberapa teknik bioteknologi yang sudah diterapkan pada ikan budidaya:
1.      Pembenihan-Selektif
    Pembenihan selektif, yang merupakan pembenihan ikan secara tradisional, pertama kali            dikembangkan pada ikan mas ribuan tahun yang lalu. Namun sampai sekarang pembenihan          selektif hanya diterapkan pada ikan untuk konsumsi seperti ikan nila, catfish, dan trout sehingga masih banyak ikan budidaya yang pembenihannya seperti di perairan umum. Program pembenihan secara selektif telah memberikan peningkatan hasil dan pendapatan yang setabil contohnya terdapat peningkatan tingkat pertumbuhan 5-20% pada ikan budidaya seperti Salmon, Nila dan catfish.
2.      Manipulasi
Manipulasi pada bentuk kromosom merupakan teknik yang bisa digunakan untuk menghasilkan organisme ‘triploid’ yaitu organisme dengan tiga bentuk kromosom dimana biasanya suatu organisme cuma memiliki dua bentuk. Triploid umumnya tidak bisa bereproduksi sehingga ada pemikiran bahwa energi yang dimiliki akan sepenuhnya digunakan untuk meningkatkan perkembangan suatu organisme walaupun belum ada bukti yang menguatkan pemikiran tersebut. Keuntungan triploid lebih terlihat pada fungsi sterilitasnya meskipun tidak mencapai 100%. Contohnya, tiram triploid tidak dapat memproduksi gonad sehingga dapat dipasarkan sepanjang tahun. Hal ini disebabkan produksi gamet (sel kelamin, ovum atau telur pada betina dan sperma pada jantan) membuat tiram yang matang gonad memiliki rasa yang tidak enak.
3.      Bioteknologi pada Rekayasa Genetika Ikan
Genetika merupakan salah satu ilmu dasar yang penting untuk menjelaskan berbagai pola pewarisan gen dalam populasi, genetik fenotip kualitatif dan kuantitatif yang mengekspresikan sifat unggul dan landasan teori dasar dari program seleksi ataupun program persilangan antara spesies atau famili. Gen dan kromosom ikan direkayasa untuk dimanfaatkan keterkaitannya dengan seleksi fenotip kuantitatif dan fenotip kualitatif bagi teknik breeding ikan untuk mendapatkan sifat-sifat superior yang diwariskan dari induk dengan seleksi gen unggul kepada keturunannya.
Penerapan bioteknologi modern pada hewan dimulai pada tahun 1980-an. Para penelitit genetik menyiisipkan gen ke tikus, tikus, babi dan ikan, untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih cepat, peningkatan daya tahan terhadap penyakit, dan efek lainnya. Meskipun beberapa sifat-sifat unggul da[at dicapai melalui metode seleksi secara tradisional, rekayasa genetika dapat menghasilkan efek yang lebih besar (atau lebih dramatis) dari sifat potensial organisme.
Pada tahun 1983, sampul majalah Science, salah satu jurnal ilmiah yang paling banyak dibaca di Amerika Serikat, menampilkan foto tikus besar hasil rekayasa genetic dengan laju pertumbuhan yang cepat. Tak lama setelah itu, para ilmuwan di Cina melaporkan kali pertama kesuksesan penyisipan gen hormon pertumbuhan pada ikan. Peristiwa ini memunculkan perdebatan substansial dan kepentingan para ahli biokimia, genetika, para ilmuwan akuakultur, dan pengusaha swasta, menyebabkan penelitian transgenik lebih banyak dilakukan di laboratorium seluruh dunia, sebagian berfokus pada ikan dan organisme air lainnya. Dalam arti luas, modifikasi genetik merujuk pada perubahan genetik organism yang tidak ditemukan di alam, termasuk hibrida (keturunan orang tua dari spesies yang berbeda atau sub-spesies).
Pengembangan ikan transgenik dimana para ilmuwan menggunakan teknik DNA rekombinan untuk memasukkan materi genetik dari satu organisme ke dalam genom ikan atau organisme air lainnya.Berkembanganya kemampuan memodifikasi hewan secara genetic mengakibatkan pesatnya penelitian tentang rekayasa genetic organisme akuatik (genetically modified organism). Hewan air, terutama ikan tumbuh dalam sistem akuakultur, menarik perhatian penelitian yang signifikan karena dua alasan utama. Pertama, ikan bertelur dalam jumlah besar dan telur yang lebih mudah dimanipulasi, sehingga memudahkan bagi para ilmuwan untuk memasukkan DNA baru ke dalam telur ikan. Kedua, budidaya merupakan salah satu sektor yang memproduksi makanan tercepat tumbuh secara global, menunjukkan meningkatnya permintaan produk akuakultur. Sejak tahun 1984, budidaya komersial telah berkembang pada tingkat tahunan hampir 10 persen, dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan 3 persen untuk daging ternak dan tingkat 1,6 persen pertumbuhan untuk penangkapan. Sementara pertumbuhan telah terkonsentrasi di Asia, perikanan budidaya juga merupakan salah satu sektor yang paling cepat berkembang dengan total nilai produk yang dijual meningkat dari $ 45.000.000 pada tahun 1974 menjadi lebih dari $ 978.000.000 pada tahun 1998 . Bahkan, budidaya komersial memproduksi hampir semua ikan lele dan ikan trout serta sekitar satu-setengah dari udang dan salmon di Amerika Serikat.

4.      Bioteknologi pada Media Budidaya Ikan
Bioteknologi merupakan kajian ilmu tentang kehidupan makhluk hidup yang bersandar pada kemampuan dari kemajuan teknologi dimana memadukan pengetahuan alam khususnya makhluk hidup dengan teknologi. Dan bioteknologi perikanan merupakan perpaduan kemajuan teknologi dengan kehidupan makhluk hidup dalam sektor perikanan dimanaperanananya sanagat luas dimulai dari reakayasa media budaidaya perikanan hingga sampai pada pasca panen hasil perikanan.
Bioteknologi perikanan dapat memudahkan manusia dalam memproduksi hasil perikanan menjadi lebih efektif dan efisien terlihat dalam hal seperti budidaya perikanan, pengolahan dan pemanfaatan limbah, pengolahan hasil perikanan, dan lain sebagainya, dalam arti sempitnya bioteknologi perikanan merupakan ilmu yang dibutuhkan di setiap rantai produksi dari hulu ke hilir. Media dari bioteknologi perikanan salah satunya berupa mikroba yang telah terbukti mempertahankan kualitas media budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai media budidaya ikan. Pada tahap pasca panen hasil perikanan, bioteknologi mampu mengubah ikan melalui proses transformasi biologi sehingga menghasilkan produk yang aman untuk dkonsumsi dan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan memenuhi kebutuhan hidup manusia. Contoh contoh produk dalam bidang perikanan yang dihasilkan melalui konsep dan prinsip bioteknologi dengam menggunakan mikroba. Seperti peda, kecap ikan dan terasi ikan. Mikroba mempunyai peranan khusus dalam kinerja hasil dari bioteknologi perikanan itu sendiri. Berikut peranan mikroba tersebut:
a.      Penghancur limbah organik,
Dalam segi ekologis perairan limbah merupakan faktor penghambat dalam dunia perikanan, terlebih lagi itu merupakan limbah yang sulit dilakukan oleh tangan manusia itu sendiri. Mikroba dalam hal ini, dapat menjadi dekomposer positif dengan mengurai limbah menjadi bahan yang ramah lingkungan.
b.      Recycling hara,
Di dunia perikanan hara merupakan nutrien dan dalam rantai makanan, hara merupakan faktor primer dalam kelangsungan produktivitas rantai produksi perikanan. Namun, hara dapat menjadi zat yang sangat beracun apabila dalam kuantitas yang sangat banyak dan beresiko menyebabkandepletion oxygen (penurunan kadar oksigen) di perairan. Mikroba dalam hal ini dapat membantu percepatan unsur hara ini untuk mendaur ulang hara tersebut menjadi energi fosil walaupun membutuhkan waktu yang sangat panjang, namun proses ini tidak lepas dari peranan mikroba tersebut.
c.       Merangsang pertumbuhan,
Dalam budidaya terutama, mikroba dapat merangsang pertumbuhan untuk cepat tumbuh dan berkembang menjadi potensi produksi yang sangat besar. Dengan memberikan mikroba diharapkan komoditas perikanan mampu cepat tumbuh dan bereproduksi dengan hasil yang diharapkan.
d.      Biokontrol patogen
Mikroba dalam hal ini banyak berperan dalam pengolahan hasil perikanan dimana hasil perikanan pasca panen yang menjadi keresahan masyarakat dalam hal pendistribusian hasil perikanan mereka karena sifat alami dari produk/komoditas perikanan sendiri yang cepat busuk, namun bioteknologi hal ini menjawab keresahan masyarakat dengan mendatangkan mikroba sebagai kompetitor dari bakteri patogen tersebut sehingga pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dapat terkontrol dan diredam kuantitasnya dengan mengisolasi bakteri patogen, agar outputnya produk perikanan dapat tahan lama dan pendistribusiannya dapat lebih lancar terlebih lagi yaitu sehat dan higienis.Rekayasa yang dilakukan oleh manusia untuk memanfaatkan mikroba sebagai agen bioteknologi yaitu Dengan menggunakan teknik transgenik pada ikan yang telah dimulai dengan mengintroduksi gen tertentu kepada organisme hidup lainnya. serta mengamati fungsinya secara in vitro. Dalam teknik ini, gen asing hasil isolasi di injeksi secara makro ke dalam telur untuk memproduksi telur ikan yang mengandung gen asing tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan ikan transgenik, yaitu:
1)      isolasi gen (clone DNA) yang akan diinjeksi pada telur.
2)      Identifikasi gen pada anak ikan yang telah mendapatkan injeksi gen asing tadi.
3)      Keragaman dari turunan ikan yang diinjeksi gen asing tersebut.
4)      Produk perikanan yang memanfaatkan mikroba sebagai agen bioteknologi dan peranannya dalam proses produksi yaitu Bekasam, bahan baku yang digunakan pada umumnya adalah ikan air tawar. Proses pengolahan ini umumnya menggunakan bahan-bahan tambahan untuk berhasilnya fermentasi misalnya sumber karbohidrat, dan berjalan anaerobik, karbohidrat tersebut akan diuraikan menjadi gula sederhana dan selanjutnya menjadi alkohol dan asam, basil fermentasi inilah yang akan menjadi bahan pengawet ikan dan juga memberi rasa dan aroma khas. Karbohidrat yang ditambahkan pada umumnya nasi, beras sangrai dan tape ketan.Yang kedua adalah terasi ikan, mikroorganisme yang berperan dalam proses pembuatan terasi yaitu bakteri Lactobacillu dan bakteri mesofil. Mikroorganisme dimanfaatkan untuk mengubah laktosa menjadi asam laktat, Mikroorganisme digunakan pada saat pematangan yaitu dalam proses pembentukan aroma khas terasi.

E.     Teknik Transfer Gen
1.      Mikroinjeksi
Teknik mikroinjeksi yang dikembangkan dari teknik produksi tikus transgenik merupakan teknik umum yang digunakan dalam introduksi gen pada ikan. Gen yang akan diintroduksi ke sel enggunakan gelas pipet yang sangat kecil (diameter ujung jarum sekitar 0,05-0,15 mm). Pekerjaan ini dilakukan di bawah mikroskop dengan bantuan sebuah mikromani-pulator pengatur gerak jarum suntik dan volume larutan DNA yang di suntikkan. Namun demikian, terdapat dua masalah dalam pengaplikasian teknik ini pada ikan (Yoshizaki, 1998). Masalah pertama adalah inti telur ikan yang telah dibuahi relatis sulit diidentifikasi di miskoskop karena ukurannya kecil dan volume sitoplasma besar (Hacket, 1993). Korion telur sangat keras dan sulit ditembus oleh mikropipet merupakan masalah kedua yang dihadapi pada ikan.
Dalam mengatasi masalah tersebut, ada beberapa cara telah dikembangkan untuk beberapa spesies berbeda. Beberapa penelitian menyuntikan gen ke inti telur medaka yang belum matang. Telur yang belum matang tersebut diinkubasi secara in vitro. Pada fase ini inti telur (disebut sebagai germinal vesicle) sudah kelihatan dan akan matang secara spontan dengan cara in vitro. Sebagai tambahan, telur medaka sangat keras setelah dibuahi sehingga penyuntikan pada saat tersebut dengan korion yang lembut akan lebih mudah. Akan tetapi, induksi pematangan telur secara in vitro memerlukan prosedur yang rumit dan membutuhkan waktu relatif lama pada spesies tertentu. Oleh karena itu, kelompok peneliti membuat ikan transgenik dengan cara menyuntikan gen dengan jumlah copy yang banyak ke sitiplansma telor yang telah dibuahi sebagai alternatif penyuntikan ke inti telur.
2. Elektroforensis
Metode lain yang juga populer digunakan dalam pembuatan ikan transgenik adalah elektroforensis. Prinsip metode ini adalah membuat reparable-holes pada membran sel dengan bantuan aliran listrik yang bergetar (electric pulse). Sel disuspensi dalam larutan DNA, dan larutan ini dapat masuk ke sel melalui lubang yang terbentuk. Pada awalnya, metode ini dikembangkan untuk kultur sel, namun demikian teknik ini dapat juga diaplikasikan untuk telur sperma ikan.
Teknik elektroforensis telah digunakan dalam beberapa spesies ekonomis penting seperti channel catfish, carp (Powers et al, 1992) dan salmon (Sin et al, 1993). Menurut Powers et al (1992), memproduksi ikan transgenc channel catfish dan caro dengan melakukan elektroforensis menggunakan telur yang telah dibuahi. Dalam beberapa kasus, tingkat kelangsungan hidup dan transformasi yang diperoleh dengan elektroforensis tidak setinggi dengan level yang diperoleh dengan teknik mikroinjeksi. Baru-baru ini, laboratorium kami telah mengembangkan teknik elektroforensis ini untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan menggunakan sperma yang telah direhidrasi (Kang et al, 1999).
Pertama-tama sperma ikan mas dihidrasi dalam larutan hiperosmotik dan dilanjutkan dengan rehidrasi dengan larutan hyposmotik yang mengandung DNA untuk mengembalikan tekanan osmotic cauran seminal ke kondisi awal. Elektroforensis dilakukan pada saat rehidrasi. Tingkat keberhasilan transfer yang dianalisis menggunakan ikan umur 30 hari adalah sekitar 60%, sedangkan teknik elektroforensis yang biasa pada kondisi isotonic hanya 20%. Hasill ini menunjukkan bahwa elektroforensis selama rehidrasi dapat meningkatkan penyerapan DNA yang juga berarti meningkatkan frekuensi transfer gen. Meskipun teknik ini belum sempurna, hasil syang diperoleh menunjukkan bahwa cara ini cukup efektif. Penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk mendapatkan tingkat keberhasilan yang lebih baik dengan metode ini.
3. Metode Alternatif
Kedua metode trans gen yang dipaparkan diatas telah digunakan secara rutin pada ikan. Akan tetapi akan menghadapi masalah bila menggunakan ikan yang perkembangan embrionya terjadi didalam tubuh induknya seperti pada gapi, platy dan swordtial. Juga, umumnya spesies Crustasea yang penting untuk akuakultur seperti udang dan lobster tidak elepaskan telurnya yang baru terbuahi. Akibatnya, transfer gen tidak bisa dilakukan dengan cara mikroinjeksi atau elektroforensis. Alternatif metode transfer gen untuk spesies seperti ini telah dikembangkan oleh Burns et al (1993) dengan menggunakan banuan sebuah vektor yang dikenal sebagai replicateion-detective pantropic retrociral. Vektor ini telah menunjukkan hasil yang efektif dalammenginjeksi sel lines ikan, kadal air dan kodok (Xenopus) dan nyamuk (Burns et al, 1993 ; Matsubara et al 1996), dan telur ikan yang baru dibuahi seperti medeka, zebra, dan kerang. Sukses menghasilkan transgen, baru-baru ini juga Sarmasik et al (2001) telah berhasil memproduksi ikan transgenik dengan menyuntukan vektor tersebut ke daerah sekitar gonad ikan gapi (Poecilia lucidai) dan crayfish (Procambarus clarkii).



F.     Peranan Probiotik dalam Bioteknologi Perikanan
Pada bioteknologi perikanan, untuk meningkatkan produktifitas sektor perikanan diperlukan budidaya secara intensif yaitu dengan pemberian pakan yang berkualitas dan jumlah yang cukup, pencegahan dan penanganan penyakit pada ikan, serta manajamen kolam dengan baik. Salah satunya yaitu dengan menggunakan probiotik.
Istilah probiotik dicetuskan pertama kali untuk mendeskripsikan senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat menstimulir pertumbuhan mikroorganisme lain. Probiotik dijadikan sebagai bahan pakan tambahan pada ikan. Menurut Shortt (1999), terdapat kriteria dalam pemilihan probiotik agar mendapatkan pengaruh positif pada inagnya yaitu:
1.   Spesies probiotik tidak bersifat pathogen
2.   Toleran terhadap asam dan garam empedu
3.   Mampu beradaptasi dengan lingkungan (fisika dan kimia) dan hewan inang
4.   Mampu hidup dan bermetabolisme di saluran usus hewan inang.
Bakteri probiotik yang umumnya digunakan yaitu bakteri gram positif yaitu Lactobacillus sp dan Bacillus yang merupakan jenis bakteri asam laktat. Menurut Naidu dan Clemens (2002) menyatakan bahwa bakteri asam laktat dengan aktivitas probiotiknya mampu mengatur ekosistem saluran perncernaan. Aktivits probiotik terbagi menjadi 3 yaitu nutrisi, fisiologi, dan efek antimikroba.
Pada nutrisi, probiotik memproduksi enzim untuk membantu metabolisme komponen makanan (katalase), sintesis beberapa vitamin, dan menghilangkan racun metabolit komponen makanan dalam usus. Sehingga dalam hal ini, probiotik dapat membantu ikan untuk memacu pertumbuhannya. Pemberian probiotik dapat dilakukan dengan langsung dicampur ke dalam pakan. Karena akan termakan oleh ikan dan dapat masuk ke dalam pencernaan ikan.
Pada fisiologi meliputi kemampuan menjaga keseimbangan komposisi mikroflora usus dan menstimulasi system kekebalan usus. Efek mikroba yaitu memperbaiki ketahanan terhadap bakteri pathogen. Dalam tubuh ikan, mekanisme kerja probiotik untuk mencegah penyakit yaitu dengan menghasilkan suatu zat antibakteri yang dapat menekan pertumbuhan bakteri lain penyebab penyakit.
Selain itu, probiotik dapat meningkatkan kualitas air. Probiotik dalam air dapat berfungsi sebagai penurun kadar zat zat yang dapat membahayakan ikan, seperti itrat dan nitrit. Sehingga ikan dapat tumbuh sehat di dalam kolam.
G.    Produk Bioteknologi di Bidang Perikanan
Bioteknologi perikanan dapat memudahkan manusia dalam memproduksi hasil perikanan menjadi lebih efektif dan efisien terlihat dalam hal seperti budidaya perikanan, pengolahan dan pemanfaatan limbah, pengolahan hasil perikanan, dan lain. Media dari bioteknologi perikanan salah satunya berupa mikroba yang telah terbukti mempertahankan kualitas media budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai media budidaya ikan. Pada tahap pasca panen hasil perikanan, bioteknologi mampu mengubah ikan melalui proses transformasi biologi sehingga menghasilkan produk yang aman untuk dikonsumsi dan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Menurut Hiasrofi (2015) yang menyatakan bahwa adapun Produk dalam bidang perikanan yang dihasilkan melalui konsep dan prinsip bioteknologi dengam menggunakan mikroba. Seperti peda, kecap ikan dan terasi ikan. Mikroba mempunyai peranan khusus dalam kinerja hasil dari bioteknologi perikanan itu sendiri. Produk perikanan yang memanfaatkan mikroba sebagai agen bioteknologi dan peranannya dalam produksi pasca panen anatar lain:
1.      Terasi
Proses pembuatan terasi dilakukan secara fermentasi. Selama fermentasi protein dihidrolisis menjadi turunan-turunannya, seperti pepton, pe[tida dan asam-asam amino. Fermentasi juga menghasilkan ammonia yang menyebabkan terasi berbau merangsang. Di dalam masakan, terasi digunakan sebagai penyedap dan menimbulkan cita rasa. Adapun proses pembutaan terasi adalah sebagai berikut:
a.       Udang rebon atau ikan teri dicuci  hingga bersih, kemudian dijemur sampai kering dibawah sinar matahari. Penjemuran dilakukan selama 2-3 hari.
b.      Bahan tersebut kemudian dicampur dengan garam sebanyak 13% fan tepung sambil diremas-remas. Pada terasi bermutu rendah sering ditambahkan bahan-bahan lain supaya volumenya meningkat.
c.       Kedalam campuran ini dtambahkan sedikit air dan diaduk terus menerus sampai membentuk adonan yang kompak dan padat. Adonan ini kemudian dijemur dalam bentuk lempengan-lempangan kecil selama 3-4 hari.
d.      Setelah selesei masa penjemuran, lempengan-lempengan adonan tadi dirtumbuk halus dan diberi sedikit air sampai membentuk adonan yang menggumpal dan kokoh. Adonan tersebut dibungkus dengan dun pisang kering/plastik
2.      Peda
Peda merupakan produk fermentasi dengan bahan baku ikan. Pada umumnya dibuat untuk ikan yang berkadar lemak tinggi. Selama atau pada waktu fermentasi akan terjadi perubahan kimia antara lain proses reaksi pada lemak yang memberikan cita rasa khas. Jenis ikan yang dapat diolah menjadi ikan peda antara ain ikan Kembung, ikan Layang, Selar, ikan Mas, Tawes dan ikan Mujair. Tetapi ternyata hasil yang paling memuaskan adalah ikan Kembung, baik Kembung betina maupun jantan. Sedangkan untuk jenis ikan lainnya memiliki cita rasa yang masih kalah dengan ikan Kembung bila diolah menjadi peda. Berdasarkan pembuatannya dikenal dua jenis peda, yaitu peda putih dan peda merah. Perbedaan tersebut dikarenakan bahan baku yang digunakan.
3.      Bekasam
Bahan baku yang digunakan untuk membuat bekasam pada umumnya adalah ikan air tawar. Proses pengolahan ini umumnya menggunakan bahan-bahan tambahan untuk berhasilnya fermentasi misalnya sumber karbohidrat, dan berjalan anaerobik, karbohidrat tersebut akan diuraikan menjadi gula sederhana dan selanjutnya menjadi alkohol dan asam, basil fermentasi inilah yang akan menjadi bahan pengawet ikan dan juga memberi rasa dan aroma khas. Karbohidrat yang ditambahkan pada umumnya nasi, beras sangrai dan tape ketan.
4.      Petis
Petis merupakan produk mirip kecap, tetapi umumnya lebih kental, dibuat dari pemakatan air rebusan ikan dalam pembuatan pindang atau pembuatan ebi. Petis merupakan bahan makanan yang umunya digunakan sebagai perangsang makanan (bumbu masak) yang sedap, bergizi dan mempunyai nilai yang lebih tinggi
5.      Kecap ikan
Kecap ikan adalah kecap yang terbuat dari ikan. Adapun proses pembutannya adalah sebagai berikut :




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah di sampaikan dapat disimpulkan bahwa bioteknologi adalah bidang sains yang berisikan pemanfaatan makhluk hidup untuk menghasilkan sesuatu yang berguna untuk kelangsungan hidup manusia, seperti pemanfaatan mikroorganisme ataupun rekayasa genetika. Bioteknologi sekarang sudah diaplikasikan ke segala macam bidang industri seperti industri kesehatan, pertanian, peternakan serta perikanan. Dalam bidang perikanan sendiri, bioteknologi dimanfaatkan untuk menambah perolehan pangan yang berasal dari perikanan. Bioteknologi di bidang perikanan tak hanya pemanfaatan mikroorganisme sebagai suplemen makanan bagi ikan atau rekayasa genetika ikan yang dapat menghasilkan ikan atau menambah produksi atau jumlah ikan yang dipanen namun juga berguna dalam remediasi atau perbaikan lingkungan budidaya ikan itu sendiri dengan menambahkan mikrobamikroba tertentu.


DAFTAR PUSTAKA

Hiasrofi, Aunurrofiqi. 2015. Bioteknologi Perikanan. Jember: Universitas Jember. (https://www.academia.edu/11496464/bioteknologi_perikanan)
Sin, F.Y.T., A.L. Bartley, S.P. Walker, I.L. Sin, J.E. Synmonds, L. Hewke & C.L Hopkins. 1993. Gene transfer in Chinook salmon (Oncorhynchus tshawytschai) by electroporating sperm in the presence of pRSV-LacZ DNA. Aquaticulture, 117:57-69.
Wisnuwati. 2018. Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan: Aplikasi Bioteknologi Perikanan dan Kelautan: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Pertanian Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Kependidikan dan Kebudayaan.
Yoshizaki, G. 1998. Gene transfer in the fish; applications to aquatculture. Symposium on molecular bioengineering of food animals 23-24 oct. 1998. Research for the futre program genetiic engineering of animal protein resources.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BIOTEKNOLOGI: TEKNOLOGI PCR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Polymerase Chain Reaction (PCR)   PCR adalah teknik yang paling umum digunakan ol...